Masyarakat
merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan. Mengapa?
Karena tanpa
masyarakat interaksi tidak akan terjadi dalam dunia ini. Masyarakat sendiri
tidak akan bisa lepas dari hak-hak. Individu merupakan bagian terkecil dari
masyarakat, mereka memiliki hak-hak dan kebebasan. Setiap individu memiliki
hak-hak seperti hak berkehidupan yang layak, mendapatkan pendidikan,
perlindungan, rasa aman. Hak-hak tersebut wajib dijaga karena jika tidak, tidak
akan tercapai damai di dunia. Disisi lain individu juga harus memiliki
kebebasan, misalnya kebebasan memeluk agamanya, kebebasan menyatakan pendapat,
dan lain sebagainya. Hak-hak dan kebebasan ini merupakan sesuatu yang penting
yang harus dimiliki dalam diri individu dan senantiasa harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan individu yang lebih baik
kedepannya.
Pertanyaan mengenai Konfusianime menjadi faktor pendorong atau penghambat
modernisasi, hal ini dihubungkan dengan “keajaiban” perekonomian China. Di
China pernah ada gerakan restorasi Tong Zhi. Gerakan ini bertujuan memondernkan
China dan akhirnya program tersebut gagal. Menurut Mary C. Wright dalam bukunya
“the Last Stand of Chinese Conservatism” (1966), bukan karena kekacauan dalam negeri dan tekanan
imperialisme, melainkan karena Konfusianisme itu sendiri tidak mampu
menciptakan keserasian dengan modernisasi. Setelah itu muncullah Taiwan, Hong
Kong, Korea Selatan, dan Singapura. Keempat negara terebut dianggap sebagai
mesin penggerak “keajaiban ekonomi” Asia Timur. Seiring dengan hal tersebut
muncul pendapat baru yang menyatakan bahwa Konfusianisme merupakan pendorong
modernisasi. Keberhasilan keempat negara tersebut tidak bisa lepas dari etika
Konfusianisme yang menekankan pada kerajinan, inovasi, disiplin, kesetiaan pada
keluarga, penghormatan pada orang tua dan otoritas, selalu mencari harmoni,
dan sifat-sifat baik lainnya yang mendukung sukses. Konfusianisme sering
dianggap tak selaras dengan perubahan dan tak cocok dengan kehidupan modern.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Konfusianisme bukan menjadi satu-satunya
faktor pendorong modernisasi. Konfusianisme pasti berperan, tapi ada faktor
lain yang kontribusinya mungkin lebih besar.
Konfusianisme mengkaji prinsip tentang etika, yang sebagian besar masih
relevan di zaman sekarang. Konfusianime membagi etika tersebut secara garis
besar, yakni Pelajaran Agung (Da Xue), Kumpulan Karya Terbaik (Lun Yu), Jalan
Tengah (Zhong Yong), dan Pepatah Mencius. Intisari etika Konfusianisme adalah
ketulusan dan keharmonisan, yang dijabarkan dalam relasi manusia diantaranya
atasan dan bawahan, suami dan istri, ayah dan anak (dikenal dengan sebutan San
Kang atau tiga hubungan tata krama), sesama saudara, dan sesama teman (dikenal
dengan sebutan Ngo Lun atau lima hubungan kemasyarakatan). Dalam Ajaran Besar
tertulis, "Dari Putra
Dewa sampai rakyat pengembangan dan displin diri harus merupakan dasar dari
segalanya. Jika individu tidak disiplin dan kacau, bagaimana hasil yang baik
dapat dicapai suatu negara?" Maksudnya, maju tidaknya suatu negara
tergantung kepada kualitas individu.
Dapat pula
dikatakan, “Dengan mempelajari hakikat sesuatu, maka luaslah pengetahuannya; dengan
luas pengetahuannya, maka kuatlah tekadnya; dengan kuat tekadnya, maka luruslah
hatinya; dengan lurus hatinya, dapatlah membina dirinya; dengan diri yang
terbina, akan dapatlah membereskan rumah tangganya ; dengan rumah tangga yang
beres, maka dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negerinya yang teratur,
akan terciptalah damai di dunia”. Artinya kedamaian suatu negara mulai dari
individu
Terkait dengan
pertanyaan tersebut, kebangkitan ekonomi China, Taiwan, Hong Kong, Singapura,
Korea Selatan, berkaitan dengan etika Konfusianisme. Mengapa? Karena
negara-negara tersebut memiliki pemimpin negara yang dapat memimpin negara
mereka dengan baik sehingga tercapai kebangkitan ekonomi. selain itu konfusianisme merupakan faktor pendorong dari segi pola pikir dan tindakan yang mempengaruhi suatu negara untuk berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar