The Joy Luck Club
Disuatu pertemuan, ada seorang
wanita yang telah ditinggal oleh ibunya selama 4 bulan. Di tempat tersebut dia
diajak bermain oleh teman-teman ibunya Lindo, Ying-Ying, Ah
Mei. Sebenarnya
tujuan diadakannya pertemuan tersebut ialah agar para wanita dapat merasakan
kebahagiaan setalah hari-hari sebelumnya dijepit kesedihan dan penderitaan.
Sambil terus bermain mahyong mereka bercerita tentang pengalaman masing-masing
dengan kesepakatan pertemuan ini hanya boleh bercerita tentang kegiatan yang
membahagiakan. Namun pertemuan ini pecah ketika Suyuan,
ibu Jing Mei meninggal dunia karena pembuluh darah diotaknya pecah. Kisah suram
dimulai oleh ketiga wanita paruh baya ini.
Lindo adalah seorang perempuan yang berakal banyak, sejak masih muda ia
sempat dinikahkan dalam perjodohan, tepatnya diserahkan oleh ibunya kepada
laki-laki dari keluarga kaya yang usianya lebih muda pada di usia 14 tahun.
Tanpa pacaran, akhirnya perempuan ini mengetahui bahwa suaminya adalah anak
laki-laki yang lebih muda. Mertuanya tidak mengetahui mengenai hubungan mereka
yang sebenarnya. Namun, dengan kecerdikannya, dia berhasil melepaskan diri dari
keluarga tersebut dan mengadu nasib di Amerika Serikat. Ia akhirnya bertemu
dengan laki-laki lain yang baik hati, dan melahirkan seorang anak perempuan, di
samping anak laki-laki juga. Anak perempuan ini menjadi saingan June, anak dari
perempuan pertama yang diceritakan. Waverly, diceritakan pernah menjadi pecatur
cilik, yang menjadi kebanggaan ibunya. Namun karena ibu mengekspresikan
kebanggaan secara berlebihan, Waverly menjadi jengkel, dan menghentikan latihan
caturnya. Ibu diam membisu, hingga Waverly salah tingkah, dan mencoba mengambil
hati ibunya dengan kembali bermain catur, tetapi ibu tetap diam saja. Pola
komunikasi buruk seperti ini terus berlangsung hingga Waverly menjadi lebih
dewasa, dan mencoba segala cara untuk menyenangkan hati ibunya. Apapun yang
diperbuatnya, selalu ada kritik dari ibunya, sehingga Waverly kehabisan akal.
Terakhir, dia mencoba untuk mengenalkan ibunya dengan calon suaminya, suami
kedua, setelah mereka bercerai dengan satu orang anak. Calon suami yang
berkulit putih tidak memahami persis tata cara makan versi China yang disajikan
ibu, sehingga Waverly menjadi sedemikian khawatir dengan cela dan kritik lagi
dari ibunya. Kisah tentang mereka berakhir dengan perdamaian di antara mereka,
setelah keduanya mencoba memahami dari sudut pandang masing-masing. Ibu
bercerita tentang siapa dia di masa kecil dan apa yang menyebabkannya menjadi
perempuan yang tegar sekaligus keras kepala, dan sangat ingin membanggakan
anaknya. Dia mengatakan berkali-kali bahwa penting bagi anak perempuan untuk
mendengarkan kata-kata ibunya, seperti dia mendengarkan nasihat ibunya dan
menganggap penting kata-kata ibu bagi batinnya. Sehingga, walaupun sudah sangat
lama tidak bertemu lagi dengan ibunya, dia masih mengenang dengan detail
ucapan-ucapan ibunya yang mendidiknya di masa kecil. Pandangan itu tentu saja
berbeda dengan Waverly yang dibesarkan dalam budaya Amerika Serikat, yang serba
bebas serta enggan terikat dengan nasihat orangtua. Kedua persepsi yang berbeda
ini tidak pernah menyatu. Ibu merasa anak menentang, anak merasa ibu penuh
kritik dan cela. Setelah saling memahami, terjadi hubungan yang lebih karib di
antara mereka.
Ying-Ying, kisahnya dimulai ketika dia berusia 16 tahun dan bertemu dengan
seorang pemuda ganteng yang kemudian menikahinya. Namun pemuda itu adalah
seorang playboy sekaligus seorang penganiaya istri. Penuh rasa tertekan,
akhirnya Ying-Ying tanpa sadar menenggelamkan bayinya di dalam baskom mandi.
Rasa sesal yang sedemikian kuat membuatnya merasa kehilangan jiwanya. Akan
tetapi, Ying-Ying masih mampu memutuskan untuk meninggalkan rumah dan suami yang
menyiksanya, dan mengadu peruntungan di negara orang, Amerika Serikat. Di
negara itu Ying-Ying bertemu dengan laki-laki lain, dan akhirnya melahirkan
seorang anak perempuan, bernama Lena.
Ah Mei berasal dari keluarga yang banyak pengalamannya. Ibu Ah Mei adalah istri
keempat, dari seorang kaya, yang ternyata memperkosa ibunya, sehingga ibu
mengandung bayi laki-laki. Bayi itu kemudian direbut oleh istri kedua, yang
dianggap sebagai penguasa rumah setempat. Ah Mei sempat tinggal bersama
keluarga besar ini, setelah sekian tahun lamanya dirawat oleh kakek nenek yang
mengusir ibunya karena dianggap sebagai perempuan nakal yang harus menanggung
risiko kehamilan di luar nikahnya sebagai tanggung jawab atas kesalahannya.
Kakek nenek Ah Mei sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasan putrinya, dan
tidak pernah memahami bahwa putrinya adalah korban perkosaan, bukan perempuan
nakal seperti anggapan mereka. Ah Mei meradang begitu mengetahui bahwa ibunya
dibunuh dengan racun melalui makanan oleh istri kedua. Perhiasan palsu yang
diberikan oleh Mama kedua tersebut dihancurkannya, dan dia memutuskan untuk
meninggalkan rumah besar yang menjanjikan kenikmatan hidup. Ah Mei merantau ke
Amerika Serikat, bertemu dengan laki-laki yang mencintainya, dan melahirkan
seorang anak bernama Rose. Rose yang bertumbuh dewasa sebagai perempuan cantik,
kemudian berkenalan dengan laki-laki kaya berkulit putih, yang memiliki
orangtua sangat rasialis. Mereka mencoba melarang putranya untuk menikah dengan
Rose, tetapi laki-laki ini nekad, karena memang sangat mencintai Rose. Mereka
memulai keluarga dengan mulus, dan memiliki seorang putri bernama Jenifer,
tetapi pada akhirnya sang suami terlalu sibuk dengan urusannya, sementara Rose
yang sangat berkeinginan menyenangkan suami, menghilangkan rasa dan
kebutuhannya sendiri. Suami yang tidak mengetahui lagi apa yang diinginkan dan
diharapkan Rose, akhirnya berselingkuh, karena merasa telah kehilangan figur
istri yang penuh kreativitas dan energi. Ah Mei yang mengetahui pengalaman
hidup putrinya menantang Rose untuk mengambil keputusan. Dia berkisah tentang
pengalaman hidupnya dan menyesalkan sikap ibunya yang berdiam diri saja, tidak
mencoba untuk melakukan suatu hal lebih untuk membela harkat dan martabatnya.
Ah Mei mengatakan, dia berjuang mati-matian di Amerika Serikat, agar anaknya,
Rose, tidak menjadi seperti ibunya atau seperti dia, tetapi ternyata Rose
mewarisi sikap dan perilaku ibunya yang tidak mampu bersuara. Ah Mei menggugah
Rose untuk mengutarakan isi hatinya, sehingga dalam pertemuan dengan suami
untuk membagi harta, Rose dengan tegas mampu mengusir suaminya.
Kesimpulan cerita setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama dan apabila dipergunakan dengan baik dan benar maka kesempatan itu akan mendatangkan keberutungan dan nasihat orang tua adalah jalan untuk membantu kita melangkah. Sebab pesan dari orang tua adalah perjalanan yang mereka lalui sendiri. Buatlah rasa saling pengertian sehingga terciptanya kedamaian dan kerukunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar